Ikhtiar yang cukup memuaskan untuk menggaungkan gairah dan semangat para sineas di kala krisis moneter. Referensi-referensi pop culture yang tiada henti, alunan musik alternatif, warna-warna neon nan merona, gaya berpakaian eksentrik, dan tata bahasa yang tidak lazim; semuanya itu dibungkus dengan gaya storyline antologi ala Pulp Fiction.
Sayangnya, film garapan 4 sutradara ini masih jauh dari sempurna. Tempo alur yang lambat dan pendalaman karakter yang dangkal menjadi minus dari karya ini.
Meskipun itu, apresiasi tetap ditujukan bagi orang-orang di depan maupun di belakang layar Kuldesak atas karya yang luar biasa dan turut memberi warna baru bagi sinema Indonesia.